Sejarah Nagari Lawang Mandahiling
Berbicara tentang sejarah terjadinya Nagari Lawang Mandahiling maka kita tidak bisa melepaskan diri dari membicarakan tentang '' Alam Minangkabau'' sebagaimana yang diungkapkan dalam ''Tambo Alam'' yang menceritakan bahwa '' Alam Minangkabau'' serta Nagari yang ada di Minangkabau. Mulai dari luak sampai ka rantau berawal dari Nagari pariangan pandang Panjang sebagai Nagari tertua di Minangkabau. Nagari Pariangan ini terletak dilereng Gunung Merapi seperti mamang adat mengatakan '' dari mano titiak palito , di baliak telong nan batali, dari mano asa niniak moyang kita, daro lereng gunuang marapi'' ( dari mana asal titik pelita, dibalik tanglung yang bertali, dari mana asal nenek moyang kita , dari lereng gunung merapi), yaitu dari Nagari Pariangan Padang Panjang yang sekarang ini merupakan salah satu Nagari termasuk dalam wilayah Kecamatan Paringan.
Ada beberapa pendapat pendapat atau versi tentang sejarah terjadinya Nagari Lawang Mandahiling. Sebagaimana diceritakan dalam Tambo, ketika nenek moyang orang Manangkabau mula-mula mencari daerah baru untuk pemukiman dan bercocok tanam di mulai dari Nagari Naringan Pariangan. Kemudian dari Nagari Pariangan ini mereka membuat daerah pemukiman baru, yaitu di Nagari Sungai Tarab atau Bungo Satangkai dan Nagari Limo Kaum, serta Nagari Tanjuang Sungayang. Itulah periode pertama perpindahan nenek moyang orang Minangkabau dari Nagari tertua Pariangan. Periode kedua dari tiga Nagari periode pertama tadi masing-masing menyebar kedaerah sekitarnya seperti dari Nagari Sungai Tarab Bungo Satangkai sampai terbentuknya Nagari-Nagari Sungai Tarab Salapan Batua seperti Nagari Gurun, Padang Laweh, Koto Panjang, Selo, Sumaniak, Situmbuak, Patir, Gurun, Ampalu dsbnya. Kemudian pada peride berikutnya, dari Sungai tarab terus menuju ke Nagari Salimpaung sekarang ini. Mula-mula di Nagari Salimpaung mereka membuat taratak sebagai permukiman baru, yang kemudian menjadi sebuah koto. Koto pertama yang mula-mula didiami disebut 'Koto Tuo' dan kemudian berkembang menjadi Nagari Salimpaung.
Menurut cerita yang diterima secara turun temurun dari orang tua-tua di Nagari Lawang Mandahiling mengatakan bahwa masyarakat Lawang Mandahiling berasal dari Nagari Salimpaung. Beberapa orang berangkat dari Salimpaung kemudian mencari daerah pemukiman baru hingga sampai di Nagari Lawang Mandahiling sekarang ini. Sebelum rombingan ini sampai di Nagari Lawang Mandahiling rombangan ini kebingungan kearah mana perjalanan akan dilanjutkan. Kemudian dilakukan musyawarah daerah tersebut bernama '' Munggu Sipikia'', sampai sekarang tempat itu tetap bernama '' munggu Sipikia''.
Lawang Mandahiling adalah dua kata yang masing- masing berasal dari :
- Lawang berasal dari nama sebatang kayu besar yang digunakan oleh niniak moyang yang pertama kali datang kesini untuk tempat berteduh dan bahkan diam dibawah pohon kayu besar ini. Disekitar kayu besar inilah kemudianya di buat lokasi kediaman yang kemudian bernama Lawang.
- Mandahiling berasal dari kata '' Mande Hilang'' dimana seorang ibu menghilang sampai tidak bertemu lagi. dan kemudian dari kata ''Mande Hilang '' seterusnya menjadi kata mandahiling , kemudian dijadikan nama lokasi pemukiman ini.
Pernah Nagari ini menjadi satu kepala Nagari dengan Supayang, tetapi pada tahun 1920 Supayang berdiri sebagai Nagari penuh.
Batas nagari ini disebut dengan ungkapan '' dari kaki Gunung Merapi sampai ka Aie Batapuak, dari Titian Batang Ino sampai ka Titian Pinang, lalu ka puncak Lantiak''. Asal muasal penduduk kawasan ini datang dari Tanjung Sungayang yang dalam perjalannya mencari tempat pemukiman baru terpisah kesebuah bukit yang kemudian disebut atau dinamai mereka '' Bukik Gadang''.
Jika dilihat sekarang ini Bukik Gadang itu terletak diantara Nagari-Nagari Rao-Rao, Salimpaung, Lawang Mandahiling , dan Situmbuak . Dari bukit ini ninik moyang mereka tadi lalu turun dan sampai di sebuah '' Munggu'' (tanah gundukan), disini mereka berpikir kemana arah yang akan ditempuh selanjutnya, sehingga tempat ini bernama '' munggu sipikia''. Hasil sepakat mereka adalah bahwa mereka berpisah-pisah menjadi 3 bahagian, malangkah menuju arah yang berlainan, meskipun sebenarnya dalam ukuran sekarang tidak berjauhan namun ketiga rombongan yang berpisah tadi akhirnya menumbuhkan 3 buah Nagari yaitu Nagari Lawang Mandahiling, Supayang, dan Salimpaung yang dalam mamang atau undai-undainya disebutkan.
- Lawang Mandahiling Panyusunan
- Supayang Camin Taruih
- Salimpaung Gajah Pandorong
Adapun ninik yang turun ke Lawang tadi menetap dan berdiam di bawah sebatang kayu bernama kayu Lawang. Kemudian mereka membuat sebuah taratak yang bernama Koto, dekat tempat asal semula mereka diam tadi, tempat dibatuang nan badarah dan karena mereka makin ramai kemudian mereka membuat sebuah taratak lagi bernama " padang melayu" untuk keperluan mufakat maka mereka membuat " balai " yang pertama bernama balai gadang dan yang kedua balai kaciak (kecil), dengan ketentuan " baretong kabalai gadang , babisiak kabalai laciak" ( bermusyawarah ke balai gadang, berbisik atau mufakat intern kebalai kecil).
Nagari Lawang Mandahiling merupakan salah satu dari 75 Nagari yang ada di Kabupaten Tanah datar dan salah satu Nagari dari enam Nagari di Kecamatan Salimpaung. Dengan luas wilayah 1.686,7 Ha dan jumlah penduduk sebanyak 4.973 jiwa September 2017.